Hari ini tiba-tiba saya teringat lagi mengenai patah hati di bulan Januari yang lalu. Seharusnya diusia saya yang sudah TUA ini saya udah ga lagi deh ngurusin yang namanya patah hati atau gagal move on dan sebagainya. Seharusnya saya sudah menimang anak dan hidup damai bersama suami saya, SEHARUSNYA. tetapi Allah berkehendak lain, ternyata saya HARUS SAKIT HATI terlebih dahulu. Life :)
Jadi begini ceritanya sodara-sodari. Saya akan menceritakan secara singkat deh apa yang saya alami #versisaya biar agak nyambung sedikit ceritanya. Kemudian daripada itu (bacanya biasa aja jangan kaya undang-undang) niat saya bercerita bukan untuk menyebar faham kebencian (bagi yang mengenal sosok yang saya ceritakan), semua cuma SHARING. semoga orang yang saya ceritain ini ridho lah ya saya "rasani" disini. insyaAllah.
Bulan Januari yang lalu, laki-laki yang telah 8 tahun saya sukai jadian dengan perempuan yang bukan saya. HAHAHA. hingga saat ini saya menulis di blog saya, saya masih dalam tahap penerimaan diri. semuanya membutuhkan proses. sebenernya saya sudah pernah merasakan ini sebelumnya beberapa tahun silam saat lelaki ini jadian dengan perempuan (yang lagi-lagi bukan saya), entah mengapa untuk kasus yang ini saya merasa seperti dibodohi. DIBODOHI OLEH PEMIKIRAN SAYA SENDIRI.
Saya membodohi diri saya sendiri dengan motivasi-motivasi bodong. saya memotivasi diri saya untuk berjuang memperoleh hati lelaki itu dengan segala macam usaha dengan harapan suatu hari nanti kondisinya akan berubah,saya dan lelaki itu tidak hanya berteman. motivasi supid ini berjalan hampir 8 tahun. saya merasa setiap perjuangan saya diterima dengan baik, namun feedbacknya tidak ada, hanya sekedar ke-intense-an komunikasi yang kemudian akan menghilang. nanti hangat lagi, kemudian menghilang. begitu terus siklusnya.
Pada bulan Januari kemarin semacam turning point saya. Akhirnya saya putuskan untuk BERHENTI, tidak berjuang lagi. saya tetap membicarakan lelaki itu dengan Allah. urusan jodoh atau tidaknya saya tidak tahu, intinya saya berhenti. Saya berhenti memperjuangkan lelaki yang saya harapkan sebagai lelaki masa depan saya. Saya berhenti berkomunikasi dengan lelaki tersebut. Memang cara saya sedikit kekanak-kanakan, dengan memblokir semua kontak lelaki itu. tetapi ini adalah sebuah usaha untuk menjaga diri sendiri untuk membenci, Saya dalam proses penerimaan diri.
Menurut Kubler Ross (dalam teori Kehilangan/Berduka), sebelum mencapai pada tahap acceptance (penerimaan) individu akan melalui beberapa tahapan, diantaranya adalah tahap denial, anger, bargainning, depression, dan acceptance.
untuk menuju ke arah menerima dengan ikhlas lelaki yang saya sayangi berjodoh dengan perempuan lain, saya harus melalui empat fase tersebut dengan sempurna. semoga segera tiba fase ACCEPTANCE dan hidup saya tidak tersandung masa lalu lagi. semoga segera mungkin.
saya tidak pernah mendoakan agar lelaki yang pernah saya sayangi dengan sepenuh hati putus dengan kekasihnya. saya sangat berharap ini adalah pelabuhan terakhirnya agar saya tidak lagi merasakan patah hati yang berikutnya. aamiin aamiin ya robbal alamin. sakit sih pasti, tapi semuanya akan sembuh. semuanya akan baik-baik saja pada waktunya.
dear, you.
terima kasih untuk warna-warni selama sewindu walaupun hanya sebatas "berteman"
terima kasih untuk kesempatannya membuat saya berjuang sebegitu panjangnya walaupun pada akhirnya semua tidak sesuai dengan harapan saya.
maaf untuk sifat saya yang kekanak-kanakan dengan memblokir semua akses komunikasi saya dan kamu. percayalah, nanti semua akan membaik.
dan satu hal lagi, seburuk-buruknya kehidupannya, masa lalunya seseorang, kamu tidak memiliki hak untuk mengacaukan hidupnya.
Komentar
Posting Komentar